3 Okt 2011

DKI Didesak Bangun Jalur Sepeda

Jakarta, Kompas - Komunitas Bike to Work Indonesia meminta agar pemerintah dapat segera membangun jalur sepeda dan pejalan kaki yang terkoneksi ke setiap titik angkutan umum. Selain dapat mengurangi kemacetan, keberadaan jalur itu bisa berdampak pada perbaikan lingkungan Jakarta.

Hal itu disampaikan oleh Ketua Umum Bike to Work Indonesia Toto Sugito di sela-sela kegiatan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) di kawasan Jalan Thamrin, Jakarta Pusat, Minggu (25/9) pagi.
”Pembangunan itu telah direncanakan cukup lama sejak tahun 2009. Gubernur DKI juga sudah menyetujui masterplannya,” ujarnya.
Menurut Toto, sekarang komunitas pengendara sepeda ke tempat kerja yang tergabung dalam Bike to Work Indonesia masih mengalami hambatan saat bersepeda di tengah jalan raya Jakarta. Para pengendara sepeda masih harus berhadapan dengan ribuan motor dan mobil yang setiap pagi hari bersesakan di jalan raya.
Sebaliknya, jalur sepeda yang sudah dibuat di kawasan Blok M, Jakarta Selatan, tidak sesuai dengan kebutuhan pengendara sepeda karena jalur itu hanya menghubungkan antar-taman di kawasan itu.
Padahal, pesepeda membutuhkan jalur khusus sepeda yang terhubung dengan terminal, halte angkutan kota, dan stasiun kereta mengingat komunitas pesepeda tidak hanya datang dari Jakarta, tetapi juga daerah di pinggiran Kota Jakarta. ”Jalur khusus sepeda di kawasan Blok M belum tepat,” ujarnya.
Malah, jalur itu, kata Toto, bisa menimbulkan masalah sebab jalur tersebut sudah menjadi tempat bagi angkutan umum menaikkan dan menurunkan penumpang. Meski dilarang, kenyataannya tetap saja dipadati angkutan umum.
”Kalau pemerintah memang ingin mengurangi kemacetan serta memperbaiki kondisi lingkungan Jakarta, seperti misi yang ada di dalam HBKB selama ini, segera realisasikan jalur sepeda dan pejalan kaki,” katanya.
Perbaikan lingkungan
Sementara Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH) DKI Jakarta Peni Susanti mengatakan, misi utama HBKB adalah perbaikan kondisi lingkungan Jakarta. Sejak ada HBKB tahun 2009 telah berdampak terhadap perbaikan kondisi lingkungan Jakarta.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan lembaga Clean Air Initiative, kata Peni, kadar partikel debu dalam udara di Jakarta tahun 2009 sebesar 68,5 mikrogram per meter kubik. Namun, tahun 2010, kondisinya membaik menjadi 48,5 mikrogram per meter kubik, lebih kecil daripada ambang batas normal sebesar 150 mikrogram per meter kubik.
Peni mengakui, kemacetan di Jakarta masih cukup memprihatinkan. Oleh karena itu, pihaknya terus berupaya mendorong masyarakat agar dapat melakukan uji emisi secara teratur pada kendaraannya.
Kegiatan HBKB pada hari itu berlangsung cukup meriah. Sejumlah komunitas pengendara sepeda dan pejalan kaki yang berjumlah tak kurang dari 1.000 orang tumpah ruah di sepanjang Jalan Merdeka Barat hingga Jalan Thamrin dan Bundaran HI.
Hal itu disebabkan pada hari itu diselenggarakan pula beberapa perayaan, di antaranya Hari Bebas Kendaraan Bermotor Internasional oleh BPLH DKI Jakarta, kampanye berkendara dengan aman oleh Kementerian Perhubungan, serta penutupan perayaan HUT Ke-50 Tugu Monas .
Semua perayaan itu diadakan dengan kegiatan bersepeda dan jalan kaki sehat. (MDN/NUT)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar