Jakarta, Kompas - Komunitas Bike to Work Indonesia  meminta agar pemerintah dapat segera membangun jalur sepeda dan pejalan  kaki yang terkoneksi ke setiap titik angkutan umum. Selain dapat  mengurangi kemacetan, keberadaan jalur itu bisa berdampak pada perbaikan  lingkungan Jakarta.
Hal itu disampaikan oleh Ketua Umum Bike to Work Indonesia Toto  Sugito di sela-sela kegiatan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) di  kawasan Jalan Thamrin, Jakarta Pusat, Minggu (25/9) pagi.
”Pembangunan itu telah direncanakan cukup lama sejak tahun 2009. Gubernur DKI juga sudah menyetujui masterplannya,” ujarnya.
Menurut  Toto, sekarang komunitas pengendara sepeda ke tempat kerja yang  tergabung dalam Bike to Work Indonesia masih mengalami hambatan saat  bersepeda di tengah jalan raya Jakarta. Para pengendara sepeda masih  harus berhadapan dengan ribuan motor dan mobil yang setiap pagi hari  bersesakan di jalan raya.
Sebaliknya, jalur sepeda yang sudah  dibuat di kawasan Blok M, Jakarta Selatan, tidak sesuai dengan kebutuhan  pengendara sepeda karena jalur itu hanya menghubungkan antar-taman di  kawasan itu.
Padahal, pesepeda membutuhkan jalur khusus sepeda  yang terhubung dengan terminal, halte angkutan kota, dan stasiun kereta  mengingat komunitas pesepeda tidak hanya datang dari Jakarta, tetapi  juga daerah di pinggiran Kota Jakarta. ”Jalur khusus sepeda di kawasan  Blok M belum tepat,” ujarnya.
Malah, jalur itu, kata Toto, bisa  menimbulkan masalah sebab jalur tersebut sudah menjadi tempat bagi  angkutan umum menaikkan dan menurunkan penumpang. Meski dilarang,  kenyataannya tetap saja dipadati angkutan umum.
”Kalau pemerintah  memang ingin mengurangi kemacetan serta memperbaiki kondisi lingkungan  Jakarta, seperti misi yang ada di dalam HBKB selama ini, segera  realisasikan jalur sepeda dan pejalan kaki,” katanya.
Perbaikan lingkungan
Sementara  Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH) DKI Jakarta Peni  Susanti mengatakan, misi utama HBKB adalah perbaikan kondisi lingkungan  Jakarta. Sejak ada HBKB tahun 2009 telah berdampak terhadap perbaikan  kondisi lingkungan Jakarta.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan  lembaga Clean Air Initiative, kata Peni, kadar partikel debu dalam udara  di Jakarta tahun 2009 sebesar 68,5 mikrogram per meter kubik. Namun,  tahun 2010, kondisinya membaik menjadi 48,5 mikrogram per meter kubik,  lebih kecil daripada ambang batas normal sebesar 150 mikrogram per meter  kubik.
Peni mengakui, kemacetan di Jakarta masih cukup  memprihatinkan. Oleh karena itu, pihaknya terus berupaya mendorong  masyarakat agar dapat melakukan uji emisi secara teratur pada  kendaraannya.
Kegiatan HBKB pada hari itu berlangsung cukup  meriah. Sejumlah komunitas pengendara sepeda dan pejalan kaki yang  berjumlah tak kurang dari 1.000 orang tumpah ruah di sepanjang Jalan  Merdeka Barat hingga Jalan Thamrin dan Bundaran HI.
Hal itu  disebabkan pada hari itu diselenggarakan pula beberapa perayaan, di  antaranya Hari Bebas Kendaraan Bermotor Internasional oleh BPLH DKI  Jakarta, kampanye berkendara dengan aman oleh Kementerian Perhubungan,  serta penutupan perayaan HUT Ke-50 Tugu Monas .
Semua perayaan itu diadakan dengan kegiatan bersepeda dan jalan kaki sehat. (MDN/NUT)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar