15 Des 2011

Busway Koridor XII Akan Beroperasi 2012

JAKARTA, KOMPAS.com — Target bus transjakarta memiliki 12 koridor akan segera terwujud pada tahun 2012. Jika rencana itu terwujud, warga Jakarta yang ingin bepergian dari Tanjung Priok ke Pluit dapat menggunakan bus transjakarta koridor XII ini.

Masih tahun depan koridor XII ini. Tapi dengan adanya koridor ini dapat memudahkan mobilitas masyarakat.
-- Udar Pristono

"Masih tahun depan koridor XII ini. Tapi dengan adanya (koridor) ini dapat memudahkan mobilitas masyarakat," kata Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Udar Pristono di Jakarta, Jumat (16/12/2011).
Menurut dia, keberadaan koridor XII ini dapat mengurangi beban koridor V (Kampung Melayu-Ancol) sehingga masyarakat yang berniat ke Ancol nantinya dapat mengakses melalui koridor tersebut dan tidak menumpuk di koridor V, khususnya di halte-halte transit.
"Ini nanti lewat Kemayoran juga. Jadi, masyarakat yang mau menuju ke Kemayoran bisa naik bus transjakarta," ujar Pristono.
Rencananya, pembangunan koridor XII, yang memiliki sebanyak 20 halte ini, diperkirakan mulai Juni tahun depan. Kemudian koridor dengan panjang lintasan sekitar 20 kilometer ini ditargetkan selesai akhir tahun 2012.
Terkait jumlah bus, pihaknya masih belum memperkirakan berapa banyak yang akan dioperasikan di koridor XII ini. Namun, pada tahun 2012 mendatang, pihaknya akan menambah 202 bus gandeng yang akan melengkapi 524 armada bus yang telah ada sebelumnya.

8 Des 2011

Perusahaan Kalla Bangun Monorail di Makassar

Kereta monorel (www.fratkin.com)
BERITA TERKAIT
VIVAnews - Transportasi massal Monorail akan segera terwujud di Makassar, Sulawesi Selatan. Langkah awal pembangunan  telah dimulai dengan penandatanganan nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) antara Pemerintah Kota Makassar, Pemkab Gowa dan Pemkab Maros dengan PT Bukaka Teknik Utama, yang menjadi investor pembangunan monorail tersebut.

Penandatanganan MoU dilakukan di rumah dinas Gubernur Sulsel, dengan disaksikan langsung oleh mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo.

Walikota Makassar, Ilham Arief Sirajuddin dalam sambutannya mengatakan, penandatanganan MoU pada Senin, 25 Juli 2011, merupakan sejarah besar bagi Makassar.

"Proyek monorail ini adalah sejarah, karena nantinya akan menempatkan Makassar sebagai kota pertama di Indonesia yang memiliki monorail. Ini akan lebih mendukung Makassar menjadi kota dunia," kata Ilham Arief Sirajuddin.

Ia menambahkan, monorail sudah menjadi kebutuhan utama bagi Makassar saat ini. Pasalnya tingkat kemacetan Makassar bertambah parah dalam tiga tahun terakhir akibat pertumbuhan kendaraan yang tak terbendung.

Berdasarkan data Pemkot Makassar tahun 2008, jumlah sepeda motor membengkak menjadi 360.122 unit (75,80%), mobil penumpang (angkutan umum) sebanyak 77.319 unit (16,27%), mobil barang sebanyak 26.797 unit (5,64%), dan kendaraan khusus sebanyak 71 unit (0,01%).

"Ironisnya, infrastruktur jalan sudah tidak bisa diperlebar. Sehingga satu-satunya solusi untuk mengatasi kemacetan Makassar memang dengan membangun monorail," tambahnya.

Sementara itu, Solihin Kalla, Direktur Pengembangan PT Kalla Group, induk perusahaan PT Bukaka Teknik Utama mengatakan, monorail merupakan transportasi massal yang cocok digunakan bagi warga Makassar. Pasalnya, Makassar tengah berkembang menjadi kota metropolitan.

Monorail, yang biasa disebut sebagai urban transportasi ini diyakini akan memecah kemacetan Makassar, yang sudah hampir menyamai Jakarta. Selain itu, monorail sangat mudah dan tidak terlalu memakan biaya, jika dibandingkan dengan busway.

"Monorail tidak butuh pembebasan lahan karena hanya menggunakan median jalan seukuran 1X1 meter," jelas putra bungsu Yusuf Kalla ini.

Terkait dengan anggaran pembangunan monorail Makassar, PT Bukaka Teknik Utama menginvestasikan sekitar Rp 4 triliun. Anggaran itu digunakan membangun infrastruktur monorail sepanjang sekitar 30 kilometer.

Rencananya, pembangunan ini akan dimulai awal tahun 2012. Pasalnya, pihak Bukaka dalam enam bulan ini akan memaksimalkan studi kelayakan. (sj)

Laporan: Rahmat Zeena | Makassar
• VIVAnews

PLTN di Indonesia Pakai Teknologi Terbaru

jakarta, CyberNews. Kerusakan Reaktor Nuklir di Fukushima Jepang oleh gempa dan tsunami, tidak serta merta menghapus program pembangunan PLTN di Indonesia. Banyak faktor yang mendukung pembangunan PLTN di Indonesia, di antaranya teknologi terbaru, yang lebih aman daripada Reaktor Nuklir Fukushima.

"Reaktor di Fukushima itu sudah sangat tua umurnya untuk sebuah reaktor. Dibangun pada tahun 1971 jadi sekitar 40 tahun yang lalu. Juga teknologi yang digunakan itu masih boiling water reactor. Kalau nanti kita bangun PLTN, maka teknologinya pasti yang terbaru, yang paling aman," kata Deputi Bidang Pengembangan Teknologi Daur Bahan Nuklir dan Rekayasa Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Djarot S Wisnubroto, sore ini.
Oleh karenanya dia optimistis bahwa rencana PLTN yang akan dibangun di Indonesia tak akan dibatalkan atau  terhambat dengan adanya bencana di Jepang ini. Mengenai lokasi pembangunan PLTN di Muria Djarot mengaku studi kelayakan sudah dilakukan dan memungkinkan dilakukan di sana.
Selain itu, pembangunan PLTN di Indonesia akan mendapat pengawasan sangat ketat dari pakar-pakar nuklir dunia, karena bagaimanapun juga proyek pembangunan ini harus memperhatikan berbagai aspek dengan sangat rinci.
Pembangunan PLTN menurutnya sebagai upaya untuk mengantisipasi kebutuhan energi listrik di masa depan yang sangat besar di Indonesia, sebuah negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar.
Dihubungi terpisah Direktur Nasional Wahana Lingkungan Hidup (WALHI). Berry N Furqon mengatakan sejauh ini pemerintah belum memaksimalkan pengembangan energi terbarukan dan energi alam. Hal ini yang menyebabkan rencana pembangunan PLTN yang beresiko memberikan radiasi dianggap memaksakan.
"Dulu ada program besar-besaran, penanaman jarak pagar, juga penghematan listrik, sehingga ke kantor pemerintahan pakai kemeja batik, biar tidak gerah di kantor, lalu sekarang bagaimana kabarnya," kata Berry. 

Listrik dari Sampah Bantar Gebang

sampah yang tidak berharga bisa disulap menjadi komoditas luar biasa di TPST (tempat pembuangan sampah terpadu) Bantar Gebang, Bekasi. Selain dijadikan kompos, limbah itu juga bisa diubah menjadi bahan baku untuk pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa).

Rencananya, PLTSa itu diresmikan bulan ini. ''Sekarang hanya masalah penetapan tanggal dalam rangka penyesuaian agenda gubernur Jabar dan DKI Jakarta. Menteri lingkungan hidup juga sudah siap. Jadi, tidak ada lagi masalah,'' ujar Wali Kota Bekasi Mochtar Mohamad saat dihubungi Jawa Pos Selasa lalu (30/3). Dirut PT PLN Dahlan Iskan juga dijadwalkan hadir saat peresmian.

Agus N. Santosa, presiden direktur PT Navigat Organic Energy Indonesia, pengelola PLTSa Bantar Gebang, mengatakan bahwa secara teknis sudah tidak ada masalah pada PLTSa Bantar Gebang. Namun, pihaknya perlu berkoordinasi dengan Pemkot Bekasi untuk meresmikannya. Semula, PLTSa terbesar di tanah air itu diresmikan Selasa lalu (30/3), tetapi kemudian diundur. ''Tinggal menunggu hari H-nya saja,'' katanya.

Menurut Agus, perusahaan yang dia pimpin itu sejak awal memang sangat ingin mengubah limbah buangan tersebut menjadi listrik. Sebelum PLTSa di Bantar Gebang, pihaknya membuat proyek serupa di Bali. Kapasitas PLTSa di Bali itu mencapai 9,8 MW (megawatt). ''Sayang, tumpukan sampah di Bali kurang. Tidak sebesar di sini (Bantar Gebang),'' tuturnya.

Di Bantar Gebang, setiap hari tersedia 4 ribu-6 ribu ton sampah dari Jakarta dan kawasan sekitar. Awalnya, sampah yang menggunung itu berserakan dan berbau. Tetapi, sejak November 2008, Navigat mulai merapikan dan menutupi dengan tanah (cover soil). Hal itu dimaksudkan agar tumpukan sampah yang tingginya sampai lebih dari 20 meter itu tidak longsor.

Itu juga bagian dari upaya mengurangi kebocoran gas methane yang dihasilkan sampah. Gas yang mudah terbakar itu menimbulkan bau menyengat di sekitar lokasi pembuangan sampah. Sebagian tumpukan dilapisi dengan membran (seperti plastik) sehingga tidak ada lagi gas yang keluar. ''Membran itu juga berfungsi sebagai pelindung agar air tidak masuk ke dalam tumpukan sampah,'' terang Agus.

Gas yang keluar dari sampah itulah, yang diambil untuk menggerakkan mesin pembangkit listrik. Tiga teknologi pengolahan sampah menjadi listrik bernilai Rp 700 miliar dipersiapkan agar menghasilkan listrik 26 MW. Teknologi pertama adalah landfill gasification. Di dalam tumpukan sampah, dibuat sumur-sumur kecil berdiameter 60 sentimeter. Sumur tersebut digunakan sebagai perangkap gas yang keluar dari sampah.

Di Bantar Gebang terdapat lima tumpukan sampah. Luas masing-masing bisa sampai 15 hektare. Dari setiap tumpukan itu (biasa disebut zona), Navigat baru memfungsikan tumpukan sampah di zona II dan sebagian kecil di zona I. Total sumur yang dibuat di zona II berjumlah 59 buah. Dari jumlah itu, gas yang dihasilkan mampu menggerakkan dua buah mesin pembangkit berkapasitas masing-masing 1 MW.

''Saat ini memang baru dua mesin itu yang kami pasang. Yang lain masih dalam order dan akan datang bertahap,'' tutur Agus. Dia menargetkan pada April nanti datang dua mesin pembangkit produksi GE (General Electric) Jerman. Selanjutnya, akan datang enam unit hingga akhir tahun nanti. Jadi, total kapasitas yang dihasilkan mencapai 8 MW.

Navigat menargetkan bisa menghasilkan listrik 12 MW dari teknologi landfill gasification. Setelah itu, akan dipersiapkan teknologi lain, yaitu Thermal Process7 Gasification (mengolah sampah organik kering dengan cara pyrolysis atau pemanasan dalam ruang tertutup atau hampa udara). Potensi gas yang dihasilkan dari teknologi ini 7 MW.

Lantas, teknologi ketiga yang dipersiapkan adalah anaerobic digestion, yaitu pemilahan sampah organik basah untuk diproses secara biologi, lalu difermentasi untuk menghasilkan gas. Listrik yang bisa dihasilkan dari teknologi itu 5 MW. ''Total rencana kami, di TPST Bantar Gebang akan bisa dihasilkan listrik 26 MW,'' jelas Agus.

Direktur Navigat Okky A.W. Tjandrawinata menambahkan, proyek PLTSa harus diperjuangkan karena berdampak positif bagi alam. Di luar negeri, proyek seperti itu mendapat subsidi dari pemerintah. Jadi, listriknya bisa dijual USD 10/Kwh (kilowatt per hour). Di Indonesia, listrik sampah dihargai Rp 850 per Kwh. ''Kami maklum karena keuangan negara kita masih seperti ini,'' katanya.

Yang penting, ungkap dia, proyek pembangkit tenaga listrik harus dibuat menjadi usaha bankable. Artinya, perbankan harus menilai proyek itu mampu menghasilkan keuntungan sehingga mau membiayai. ''Pokoknya, kalau bank sudah berani membiayai, itu berarti potensinya bagus. Investor akan berbondong-bondong membangun PLTSa. Listrik terjamin, target pemerintah tercapai,'' jelasnya.

Belanda Siap Biayai Pembangunan 'Tembok Laut' Jakarta

Jakarta - Belanda akan membantu pembiayaan dan tenaga ahli terkait rencana pembangunan tembok atau tanggul laut (sea wall) di Teluk Jakarta. Hal ini merupakan bagian dari rencana strategis Jakarta Coastal Defence (JCD) yang desainnya ditargetkan selesai 2013.

"Pihak Belanda akan membantu dari segi pembiayaan dan juga tenaga ahli, diharapkan pembangunan Sea Defence ini desainnya sudah siap pada tahun 2013," kata Wakil Menteri Pekerjaan Umum Hermanto Dardak seperti dikutip dari situs Kementerian PU, Selasa (28/6/2011).

Proyek sea wall merupakan bangunan penahan banjir serta penyediaan air bersih bagi warga DKI Jakarta dalam jangka panjang.

Sebagai bentuk keseriusan Belanda, dijadwalkan Misnistry of Infrastructure and Environment Netherland Michiel de Lijster akan berkunjung ke Indonesia pada 29 Juni-14 Juli 2011. Kemudian Minister for European Affairs juga akan berkunjung pada 2 Juli-7 Juli 2011.

Kementerian Pekerjaan Umum bersama Pemprov DKI, Kementerian Lingkungan Hidup, Badan Perencanaan Nasional (Bappenas) dan Pemerintah Belanda menyiapkan rencana pembuatan Sea Wall. Rencana sea wall tersebut sebagai Sea Defense pada lepas pantai yang berada di Jakarta seperti Marunda.

Hermanto mengatakan sungai-sungai yang kini fungsinya sebagai drainase akan dikeruk lebih dalam. Namun dikarenakan permukaan air laut lebih tinggi dan permukaan tanah di Jakarta semakinmenurun, maka diperlukan pembuatan reservoir (waduk). Dengan demikian, air disimpan terlebih dahulu dan kemudian dipompa.

"Untuk mencari lahan pembuatan waduk di Jakarta Utara sangat sulit. Solusinya, bangunan waduk dimajukan ke arah laut dengan membuat tembok. Jadi, akan nampak seperti waduk yang ada jalannya dengan lebar sekitar 200-500 meter. Waduk akan dibuat di dalam laut. Ini untuk jangka panjang," jelasnya.

Ia menjelaskan terdapat empat rencana strategi dalam proyek Jakarta Coastal Defence (JCD). Yaitu antara lain melanjutkan langkah-langkah yang mendesak, membuat lentingan pada tanah di kota, lentingan pada lepas pantai dengan sungai-sungai utama, dan lentingan pada lepas pantai dengan sungai-sungai utama. Rencananya keempat strategi tersebut akan diusulkan dalam agenda workshop dengan pihak pemerintah Belanda.

Strategi ini nantinya akan dituangkan dalam sebuah Master Plan dan akan dipresentasikan dalam agenda Workshop, Jakarta Coastal Defense Strategy Study bekerja sama dengan Pemerintah Belanda. Pihak kementerian pekerjaan umum mengusulkan untuk pembuatan jalan di atas Sea Defense tersebut yang langsung menghubungkan ke bagian Utara Jakarta.

"Setelah kita tuangkan dalam Master Plan, kita akan pilih strategi mana yang paling efektif. Kemudian memilih kolaborasi yang selanjutnya dilakukan uji feasibility study," jelas Hermanto