jakarta, CyberNews. Kerusakan Reaktor Nuklir di Fukushima Jepang oleh gempa dan tsunami, tidak serta merta menghapus program pembangunan PLTN di Indonesia. Banyak faktor yang mendukung pembangunan PLTN di Indonesia, di antaranya teknologi terbaru, yang lebih aman daripada Reaktor Nuklir Fukushima.
"Reaktor di Fukushima itu sudah sangat tua umurnya untuk sebuah reaktor. Dibangun pada tahun 1971 jadi sekitar 40 tahun yang lalu. Juga teknologi yang digunakan itu masih boiling water reactor. Kalau nanti kita bangun PLTN, maka teknologinya pasti yang terbaru, yang paling aman," kata Deputi Bidang Pengembangan Teknologi Daur Bahan Nuklir dan Rekayasa Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Djarot S Wisnubroto, sore ini.
Oleh karenanya dia optimistis bahwa rencana PLTN yang akan dibangun di Indonesia tak akan dibatalkan atau terhambat dengan adanya bencana di Jepang ini. Mengenai lokasi pembangunan PLTN di Muria Djarot mengaku studi kelayakan sudah dilakukan dan memungkinkan dilakukan di sana.
Selain itu, pembangunan PLTN di Indonesia akan mendapat pengawasan sangat ketat dari pakar-pakar nuklir dunia, karena bagaimanapun juga proyek pembangunan ini harus memperhatikan berbagai aspek dengan sangat rinci.
Pembangunan PLTN menurutnya sebagai upaya untuk mengantisipasi kebutuhan energi listrik di masa depan yang sangat besar di Indonesia, sebuah negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar.
Dihubungi terpisah Direktur Nasional Wahana Lingkungan Hidup (WALHI). Berry N Furqon mengatakan sejauh ini pemerintah belum memaksimalkan pengembangan energi terbarukan dan energi alam. Hal ini yang menyebabkan rencana pembangunan PLTN yang beresiko memberikan radiasi dianggap memaksakan.
"Dulu ada program besar-besaran, penanaman jarak pagar, juga penghematan listrik, sehingga ke kantor pemerintahan pakai kemeja batik, biar tidak gerah di kantor, lalu sekarang bagaimana kabarnya," kata Berry.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar