3 Agu 2011

drive thru tiket ka kurang peminat

SURABAYA (suarakawan.com) – Meski antrian calon penumpang terjadi saat pembelian tiket kereta api Eksekutif dan Bisnis untuk massa lebaran mulai terjadi peningkatan di beberapa tempat reservasi, namun untuk loket Drive thru di Stasiun Pasar Turi justru tidak ada antrian.
Bahkan menurut Kepala Stasiun Pasar Turi Surabaya, Arifin penjualan tiket di melalui drife truu, per hari hanya mendapatkan omset sekitar 2 Juta Rupiah, artinya tidak sampai melebihi target yang diinginkan.
Padahal, fungsi utama dari drife truu sendiri adalah memudahkan calon penumpang yang berkendara untuk membeli tiket. Selain menghindari antrian di reservasi, calon penumpang juga tidak perlu turun dari kendaraan untuk membeli tiket. dan secara otomatis juga tidak dikenakan biaya parkir.
Arifin menjelaskan, sepinya pembeli tiket melalui layanan drife truu ini dikarenakan banyak masyarakat yang tidak tahu karena sosialasi PT kereta api sendiri. Hal ini berbeda dengan kondisi loket Drive thru di Stasiun gambir yang cukup diminati. Menurut Arifin saat di Indonesia yang mempunyai loket Drive thru hanya ada di Stasiun Gambir Jakarta dan Stasiun Pasar Turi Surabaya.
“Untuk drive thru Stasiun Pasar Turi sendiri baru dibuka sejak Februari lalu, tapi belum ada perkembangan yang signifikan” terang Arifin. (bs/nas)

Polisi Kaji Ulang Pembatasan Mobil Berdasarkan Warna di Jakarta

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya membentuk kembali tim untuk membahas kemacetan lalu lintas melalui pembatasan kendaraan berdasarkan warna gelap atau terang. Pembahasan dilakukan bersama Badan Koordinasi Lalulintas (Bakorlantas) DKI Jakarta.
"Kapolda meminta membuat tim kembali untuk menyampaikan usulan contohnya pembatasan sistem penjualan," kata Wakil Kapolda Metro Jaya, Brigadir Jenderal Polisi Suhardi Alius di Jakarta, Rabu.
Suhardi mengatakan pimpinan Polda Metro Jaya meminta mengulang kembali pembahasan mengatasi kemacetan melalui kebijakan pembatasan kendaraan berdasarkan warna gelap dan terang maupun nomor polisi ganjil atau genap.
Jenderal polisi bintang satu tersebut menegaskan Kapolda belum sepaham dengan rencana pembatasan kendaraan berdasarkan warna gelap dan terang, guna mengurangi kemacetan lalulintas.
Pasalnya, muncul kekhawatiran pemberlakuan pembatasan kendaraan berdasarkan warna memicu gangguan keamanan dan ketertiban akibat kebijakan yang diskriminasi terhadap masyarakat.
Pejabat Polda Metro Jaya menginginkan kebijakan pembatasan kendaraan yang menguntungkan masyarakat, namun dapat mengurangi tingkat kemacetan lalulintas.
Suhardi mencontohkan pembatasan kendaraan berdasarkan warna dimulai dengan diadakan survei jajak pendapat kepada pengguna kendaraan.
Suhardi menambahkan kebijakan pembatasan kendaraan berdasarkan warna masih berupa rencana dalam tahap pembahasan yang belum menjadi keputusan, sehingga pihak kepolisian mencoba memberi saran untuk mengatasi kemacetan yang berempati terhadap masyarakat.
Sebelumnya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berupaya membahas kebijakan pembatasan kendaraan berdasarkan warna gelap dan terang di jalur protokol yang dilalui busway, guna mengatasi kemacetan lalulintas.
Rencananya, kebijakan tersebut, akan diujicobakan saat penyelenggaraan pesta olahraga negara Asia Tenggara (SEA Games) di Jakarta, November 2011.

Kopaja AC Siap Bersaing dengan Transjakarta

VIVAnews - Sebanyak 20 armada Kopaja berpendingin ruangan  akan dikembangkan untuk trayek lain sebagai tranportasi publik alternatif selain Bus Transjakarta. Angkutan umum ini dipastikan sudah dapat melayani masyarakat pada Rabu, 3 Agustus 2011 besok.

Ketua Umum PT Koperasi Angkutan Jakarta (Kopaja) Nanang Basuki, mengatakan, peluncuran 20 armada bus Kopaja ini hanya sebagai langkah awal. Nantinya akan diluncurkan 75 bus Kopaja AC untuk sejumlah trayek pada jalur alternatif.

"Tidak menutup kemungkinan dikembangkan ke trayek (Kopaja) lainnya," ujar Nanang di Jakarta, Selasa, 2 Agustus 2011.

Menurut Danang, alasan kenapa PT Kopaja baru melakukan perubahan saat ini karena terkendala banyak hal. Salah satunya adalah biaya yang besar untuk pengadaan sarana ini. Sebagai contoh nilai investasi sebanyak 20 armada ini diperkirakan mencapai Rp400 miliar.

PT Kopaja mendapat dukungan dari Astra group untuk melakukan pembenahan fisik. Bukan hanya pembenahan fisik bus, pola manajemen juga dirubah total, yakni sopir dan kondektur dibayar dengan sistem honor-gaji, juga mendapatkan asuransi kesehatan.

"Dengan dihapusnya sistem setoran maka tidak akan ada lagi bus yang ugal-ugalan," ungkapnya.

Dari segi pengelolaan, tambah Nanang, pengoperasian dan pengawasan dilakukan dalam pola manajemen satu atap. Tidak lagi dengan sistem kendaraan dibawa pulang masing-masing pemilik.

Kendaraan juga akan selalu melewati aspek pemeriksaan, baik sebelum maupun sesudah beroperasi. Pada pintu masuk dan keluar armada baru juga dipasang alat pengukur jumlah penumpang, sehingga memudahkan penghitungan.

Alat ini yang tidak dimiliki armada lain, sehingga tidak mungkin pola manajemen gaji diterapkan pada armada bus lama.

Kendaraan baru ini memiliki tiga pintu utama, khusus pintu masuk dan keluar dilengkapi sistem elektrik yang bergerak searah.

Alat kontrol manual ini berfungsi mencatat jumlah penumpang yang masuk dan keluar. Operasional pada jalur juga akan dilakukan pengawasan oleh petugas lapangan, khususnya mengenai pola mengemudi.

"Operasional kendaraan juga ditingkatkan dengan sikap yang baik, berseragam, rapih, dan kebersihan armada," tandasnya. (umi)
• VIVAnews